Analisis
Journal
Strategi Komunikasi Pembangunan Pertanian Pada
Komunitas Dayak
di Kalimantan Barat
Disusun Oleh :
Fanny Octania
Zuari (22211687)
Hapsari Widayani (23211213)
Mailany (24211255)
SMAK-05
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2013
Analisis Jurnal Ekonomi
1. Tema, Pengarang, Tahun Pembuatan Jurnal
Tema :
Potensi Komunikasi bagi Masyarakat Dayak di Kalimantan Barat
Pengarang :
Gontom C. Kifli
Tahun Pembuatan Jurnal : 2007
2. Judul
Judul Jurnal : Strategi Komunikasi Pembangunan Pertanian
Pada Komunitas Dayak di Kalimantan Barat
3. Latar Belakang :
Dewasa ini, komunikasi bagi sesama
umat manusia merupakan kebutuhan
mutlak dalam kehidupan sehari – hari dan mengharuskan sebagian manusia
untuk bisa berkomunikasi yang baik agar tercapai kesepakatan yang baik. Komunikasi juga amat berperan
bagi kemajuan ekonomi dan kebudayaan suatu bangsa sehingga diperlukan
komunikasi yang baik dan relevan antar sesama. Pada jurnal ini, diberitahukan
bahwa potensi sumber daya alam di Kalimantan yang di dominasi oleh pertanian,
maka masyarakat Dayak dengan sendirinya merupakan subyek dari pembangunan
pertanian di wilayah ini. Ini merupakan hal yang tidak mudah untuk dicapai
karena sebagian masyarakat Dayak kurang memiliki keberutungan dalam hal
kesempatan memperoleh akses informasi dibandingkan dengan komunitas lainnya.
Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adanya kecenderungan
kurangnya lembaga pemerintah mauun swasta dalam mengikutsertakan komunitas
Dayak dalam program pembangunan pertanian di wilayahnya karena kesulitan dalam
mengakses informasi yang ada.
Masih lemahnya perhatian dan
pemberdayaan masyarakat Dayak dengan sendirinya menjadi hal yang menghambat
proses pembangunan pertanian secara menyeluruh di Kalimantan Barat. Kesadaran
akan pentingnya pemerataan kesempatan dalam pencapaian tingkat kesejahteraan
hidup yang lebih baik merupakan seluruh hak bagi masyarakat Dayak. Oleh sebab
itu diperlukan strategi agar akses informasi dan inovasi teknologi yang ada lebih
terbuka dan mudah, sehingga diharapkan akan tercapainya pemberdayaan dan
revitalisasi pembangunan pertanian yang berifat partisipatif, arif, dan saling
menguntungkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi
peranan tokoh adat Dayak di dalam komunitasnya dan mengidentifikasi strategi
komunitas yang tepat dalam upaya meningkatkan akses informasi dan inovasi teknologi bagi
komunitas Dayak.
4. Masalah :
Permasalahan yang diangkat dalam jurnal ini yaitu kondisi dimana suku Dayak terkendala secara
geografis dan menyebabkan lemahnya akses terhadap sumber informasi
termasuk informasi teknologi dan pasar komoditas pertanian. Sehingga
perekonomian suku Dayak masih belum maju dan masih harus dikembangkan. Dalam
jurnal ini akan dijelaskan bagaimana cara memajukan perekonomian suku Dayak
terutama dalam bidang pertanian.
5. Metodologi :
·
Data :
Data yang digunakan
dalam analisis ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penulisan orang-orang yang
telah melakukan penelitian terlebih dahulu.
·
Variabel : Variabel yang di gunakan
dalam jurnal ini adalah komposisi komunitas di Kalimantan Barat.
6. Hasil Analisis :
Penduduk Kalimantan Barat secara
etnografi terdiri dari berbagai komunitas yang
119 beragam yaitu suku Dayak, Melayu Sambas,
keturunan Tionghoa, Jawa, Melayu Pontianak, Madura, Bugis, Sunda, dan yang
lainnya. Komunitas Dayak
merupakan yang paling besar (37,31 persen) yang menempati hampir di seluruh
wilayah di Kalimantan Barat. Secara umum, dibandingkan dengan suku-suku
lain, komunitas Dayak
banyak menempati wilayah pedalaman, secara administratif berada pada
wilayah Kabupaten Sekadau, Sanggau, Sintang, Landak, Melawi, Kapuas Hulu,
Bengkayang, Ketapang, Kayong Utara dan sebagian Kabupaten Pontianak. Keseluruhan wilayah tersebut
merupakan wilayah yang sebagian besar masih merupakan hutan sedang, ladang dan semak belukar. Kondisi
mereka yang terkendala secara geografis merupakan penyebab lemahnya akses
terhadap sumber informasi termasuk informasi teknologi dan pasar komoditas
pertanian. Keberadaan lembaga atau tokoh adat diakui menurut sistem adat istiadat
mereka dalam makna secara khusus/spesifik. Para tokoh adat tersebut memiliki
posisi strategis dan sentral dalam menentukan kebijakan-kebijakan adat di dalam
komunitasnya. Pranadji (2005) mengungkapkan bahwa di setiap kampung
Dayak pasti terdapat pemimpin yang disegani masyarakatnya maupun luar
masyarakatnya. Adanya pemimpin ditingkat kampung merupakan keharusan. Dengan
integritas dan wibawa yang dimilikinya, seorang pemimpin adat diakui dan
dipatuhi masyarakatnya. Komunikasi
di dalam aktifitas pembangunan, khususnya pada bidang pembangunan pertanian
menurut Hornik (1988), memiliki beberapa peran di antaranya adalah sebagai penghubung
antar kelembagaan, penguat pesan, dan sekaligus sebagai akseletator dalam berinteraksi.
Dalam konteks komunikasi pembangunan pada komunitas Dayak, maka ketiga peran
komunikasi tersebut merupakan hal penting yang menjadi acuan dalam membuat strategi
komunikasi yang akan diaplikasikan.
Ketiga peran komunikasi tersebut dianggap penting
karena hal tersebut merupakan jawaban dari kelemahan yang terjadi hingga saat
ini, yaitu masih rendahnya akses komunikasi,
khususnya di dalam pembangunan pertanian bagi
komunitas Dayak di Kalimantan Barat. Konsep dan strategi pembangunan yang
selama ini dijalankan, yang cenderung seragam secara nasional, belum mampu
menjangkau komunitas Dayak secara memadai. Hal ini disebabkan karena strategi
komunikasi informasi yang dijalankan dari atas ke bawah tersebut berbentuk
seragam padahal kondisi penerima (audiens) sangat beragam. Lebih jauh,
berbagai asumsi dan prasyarat penerima (receiver) dari kebijakan
strategi komunikasi tersebut tidak mampu dipenuhi oleh sebagian masyarakat,
termasuk oleh masyarakat Dayak.
7. Kesimpulan :
Jurnal ini secara garis besar membicarakan
mengenai cara mengidentifikasi strategi komunikasi yang tepat dalam upaya
meningkatkan akses informasi dan inovasi teknologi bagi komunitas Dayak.
Komunitas Dayak yang merupakan komunitas terbanyak di Kalimantan Barat yang
menempati hampir di seluruh wilayah tersebut. Sebagian besar komunitas Dayak merupakan petani ladang
dengan tempat hidup terpencar, sehingga pendekatan komunikasi terpusat selama
ini termasuk untuk informasi di bidang teknologi pertanian, kurang efektif
menjangkau mereka. Posisi dan peranan tokoh adat masih besar dan diakui
oleh anggota komunitasnya. Karena itu, pemberdayaan tokoh adat Dayak yang dilakukan oleh Pemerintah,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Swasta maupun komunitas Dayak sendiri, dapat
dilakukan dengan menjadikan tokoh adat tersebut menjadi jembatan penghubung
atau kontak person (liaison person) antara komunitasnya dan masyarakat
luar komunitasnya. Hal ini dilakukan dalam upaya membuka dan
meningkatkan akses antara komunitas Dayak dan komunitas di luarnya.
Pendekatan
komunikasi massa guna membuka akses komunitas Dayak terhadap informasi luar,
khususnya bidang pertanian dapat dilakukan melalui revitalisasi media radio dan
televisi. Kebijakan yang dapat dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah di kabupaten/kota di Kalimantan Barat guna mendukung
tercapainya peningkatan akses informasi tersebut adalah menginisiasi dalam
memfasilitasi bersama stakeholder dan pihak lainnya (sharing) dalam
usaha memfasilitasi dalam perbanyakan relay radio dan televisi yang mendekati
pemirsanya, khususnya komunitas Dayak, sehingga siaran radio dan televisi
tersebut dapat diterima dengan baik oleh pemirsanya. Selain itu pemerintah daerah
diharapkan juga dapat memfasilitasi dalam penyediaan sarana dan prasarana media
massa, seperti kredit pesawat radio atau televisi.