Monday, October 29, 2012

LEGITIMASI MASYARAKAT

ssasj -->
 TEORI EKONOMI 1

Nama Anggota Kelompok:
  • ·         Dewi Lestari                 (21211959)
  • ·         Fanny Octania Zuari     (22211687)
  • ·         Mailany                        (24211255)

 LEGITIMASI
Legitimasi adalah prinsip yang menunjukkan penerimaan keputusan pemimpin pemerintah dan pejabat oleh (sebagian besar) publik atas dasar bahwa perolehan para pemimpin 'dan pelaksanaan kekuasaan telah sesuai dengan prosedur yang berlaku pada masyarakat umum dan nilai-nilai politik atau moral. Legitimasi mungkin akan diberikan kepada pemegang kekuasaan dalam berbagai cara dalam masyarakat yang berbeda, biasanya melibatkan ritual formal serius yang bersifat religius atau non-religius, misalnya kelahiran kerajaan dan penobatan di monarki, pemilihan umum dan "sumpah" dalam demokrasi dan seterusnya .

Penguasa biasanya menggunakan lebih sedikit pemaksaan fisik, misalnya melalu aparat, atau militer untuk menegakkan keputusan mereka daripada penguasa kekurangan legitimasi, karena kebanyakan orang cenderung merasa menjunjung tinggi kewajiban moral untuk mematuhi hukum. Akibatnya, orang-orang yang mendapatkan atau memegang kekuasaan dengan cara tidak sah cenderung bekerja sangat keras untuk menemukan atau menciptakan cara-cara agar legitimasi itu diperoleh.

Sering kali hal itu dilakukan oleh politikus dengan menciptakan sebuah ideologi baru atau lainnya dan mencoba untuk mengindoktrinasi orang-orang dengan formula legitimasi melalui berbagai bentuk propaganda, sehingga menciptakan insentif moral bagi warga untuk mematuhi mereka.
Legitimasi jika tidak dilakukan dengan cara yang demokratis akan dapat merusak kalangan masyarakat. Masyarakat yang tidak terima dengan hasil legitimasi tersebut dapat berbuat anarkis dalam demo.
Sebenarnya legitimasi pemerintah Indonesia saat ini sangatlah kuat. Dengan dipilih langsung oleh rakyat pada pemilu 2004, posisi pemerintah Indonesia sekarang tidak sama seperti pemerintah pada masa-masa sebelumnya yang dipilih oleh para anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Legitimasi yang kuat juga didapat dari komposisi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang diketuai oleh partai yang berasal dari pemerintah yang berkuasa (partai Golkar) serta merekalah yang menjadi mayoritas anggota DPR.
Namun yang menjadi persoalan adalah sejauhmana legitimasi yang ada tersebut membuat pemerintahan berjalan efektif dan langsung mendapat persetujuan dari rakyat (DPR).
Beberapa kebijakan pemerintah seperti kebijakan untuk memberikan izin impor beras sebanyak 75 ribu ton dari Vietnam, mendapatkan persetujuan dari DPR dengan segera. Juga ketika pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada tanggal 1 Oktober 2005. Dalam sidangnya, DPR setuju menyetujui kenaikan harga BBM tersebut.
Namun dalam kasus persetujuan pemerintah terhadap resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang nuklir Irak, justru ada anggota DPR dari fraksi Golkar yang bersuara vokal menentang kebijakan tersebut. Sehingga membuat pemerintah melakukan sosialisasi yang intens atas keputusannya, tidak hanya untuk anggota dewan juga kepada masyarakat terutama kalangan akademisi.
Dalam konteks menyediakan cara untuk memberikan atau tidak memberikan persetujuan tersebut dalam sistem pemerintahan di Indonesia dapat melalui parlemen. dan rakyat juga dibuka pintu penyaluran aspirasi yang seluas-luasnya baik melalui kelompok kepentingan atau kelompok penekan.
Pandangan lain adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh Syahrir. bagi Syahrir, legitimasi erat kaitannya dengan dukungan politik. Dukungan politik bukanlah terjadi secara statis, tetapi berlangsung secara dinamis. Contoh yang paling konkrit adalah peristiwa Watergate yang menimpa mantan Presiden Gerald Nixon dari Amerika Serikat. Dia memperoleh kemenangan besar dari pemilihan umum tahun 1972. Tetapi peristiwa Watergate yang berawal dari perbuatan kriminal kelas teri yang dilakukan oleh bawahan-bawahannya akhirnya menjerembabkan posisi Nixon, bahkan ia harus turun secara tidak hormat.
Jadi, dengan perkataan lain, Untuk bisa memiliki pemerintahan yang absah tetapi begitu terjadi masalah-masalah yang bersifat pelanggaran, maka bukan tidak mungkin akan dapat menyaksikan proses delegitimasi yang berlangsung amat cepat. Intinya adalah Indonesia, yang dalam proses demokratisasi berada dalam tingkat yang paling awal (Infant Democracy), amat mudah untuk berubah atau terhenti karena faktor-faktor politik.
Dalam proses itu, pemerintahan yang absah di Indonesia mempunyai kekuasaan yang jauh lebih terbatas dibandingkan dengan pemerintahan yang absah di negara-negara demokrasi lainnya yang telah berlangsung selama berabad-abad seperti di AS, Eropa Barat dan juga Jepang. Sementara itu banyak faktor yang dapat merusak dukungan politik terkadang berada di luar jangkauan pemerintahan yang bersangkutan. Potensi disintegrasi, peranan tentara yang disorot, merupakan faktor-faktor yang terkadang di luar kemampuan pemerintahan untuk dapat menanganinya dengan lebih baik.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa legitimasi dalam arti mengoperasikan jalannya pemerintahan dengan persetujuan dari rakyat dan menyediakan cara untuk memberikan atau tidak memberikan persetujuan tersebut sebenarnya sudah ada tinggal dijalankan secara optimal.


SUPPLY SIDE POLICY

Kebijakan dari Sisi Penawaran
(Supply-side Policy)
Nama Anggota Kelompok:
·         Dewi Lestari                 (21211959)
·         Fanny Octania Zuari   (22211687)
·         Mailany                          (24211255)
 
 
 
 
Kurva penawaran dapat didefinisikan sebagai :
“Yaitu suatu kurva yang menunjukkan hubungan diantara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan”.
Pergeseran kurva penawaran, pada saat harga tetap (hanya kuantitas yang mengalami pergeseran) dapat bergeser ke kanan yang artinya terjadi peningkatan penawaran barang (Qs ­) dan pergeseran ke kiri yang artinya terjadi penurunan penawaran (Qs ¯).
Pergeseran tersebut terjadi disebabkan beberapa faktor yang ikut mempengaruhi, yaitu:
1. Harga sumberdaya yang relevan
            Harga dari bahan baku / sumberdaya sangatlah berpengaruh terhadap kurva penawaran. Apabila terjadi kenaikan harga pada bahan baku utama tentu saja produsen harus memproduksi lebih sedikit produk jika tidak mau menambah biaya. Sementara itu jika harga bahan baku turun, maka dengan biaya yang sama produsen dapat memproduksi lebih banyak produknya.
2. Penggunaan teknologi
             Penggunaan teknologi terutama di era globalisasi ini memang sudah bukan hal asing lagi. Penggunaan teknologi ini dapat menekan biaya-biaya seperti biaya tenaga kerja, karena step-stepnya bisa dikerjakan secara otomatis oleh mesin.
Sementara jika tanpa penggunaan teknologi atau semua dilakukan secara manual seperti cara tradisional memerlukan jumlah tenaga kerja yang lebih besar dan tenaga kerja itu membutuhkan biaya untuk digaji. Maka dengan pengeluaran biaya tetap produk yang dapat dihasilkan akan lebih sedikit.
3. Banyaknya penjual
            Banyaknya jumlah penjual di pasar dengan jenis barang yang sama juga dapat mempengaruhi kurva permintaan. Jika jumlah penjual yang menjual barang yang sama terhitung banyak, ini akan membuat penawaran akan barang tersebut meningkat. Karena kesuksesan seseorang dalam berjualan sesuatu dan memperoleh laba yang banyak dapat meningkatkan minat penjual lainnya untuk mengulangi kesuksesan tersebut, sehingga penawaran akan barang tersebut oleh si produsen tentu akan meningkat melihat kesempatan seperti ini.
Sebaliknya jika jumlah penjual jenis barang tersebut sedikit maka otomatis penawaran dari produsen akan lebih sedikit karena sedikitnya jumlah penjual yang mau menjual produknya tersebut.
4. Perkiraan harga di masa depan
Perkiraan harga di masa depan yang rendah membuat produsen akan lebih memprioritaskan untuk memaksimalkan penjualan dalam waktu dekat untuk memaksimalkan keuntungan.
Sementara jika harga di masa depan diramalkan lebih baik maka ada kemungkinan penawaran saat ini ditunda untuk memperoleh laba maksimum di masa depan dengan melakukan sedikit penundaan untuk menunggu harga yang bagus. Maka  kurva penawaran bergeser ke kiri.
5. Pajak dan subsidi
            Kenaikan beban pajak dapat menyebabkan pergeseran kurva penawaran ke sebelah kiri karena dengan beban pajak yang bertambah maka produsen harus menurunkan jumlah produksinya jika ingin memproduksi dengan biaya yang sama, hal ini menyebabkan menurunnya jumlah penawaran.
Sementara pemberian subsidi dari pemerintah kepada produsen menggeser kurva penawaran ke sebelah kanan. Karena dengan biaya sama yang dikeluarkan produsen lalu ditambah dengan subsidi dari pemerintah maka produsen dapat memproduksi barang lebih banyak.
           
6. Pembatasan pemerintah
            Pembatasan pemerintah ini menyangkut kebijakan yang dibuat pemerintah kepada produsen. Misalnya kebijakan pemerintah untuk meningkatkan jumlah produksi suatu barang, maka otomatis jumlah penawaran oleh produsen akan meningkat. Begitupun sebaliknya jika pemerintah menetapkan kebijakan untuk menurunkan jumlah produksi suatu jenis barang maka jumlah penawaran produsen akan barang tersebut akan menurun.
Penjelasan Kurva di atas :
Kebijakan dari segi penawaran (Supply side policy) yang dilakukan pemerintah menyebabkan kurva AS (penawaran agregat) bergeser ke kanan menjadi kurva AS1.Hal tersebut merupakan bantuan yang diberikan pemerintah yang insentif, pendidikan dan pelatihan, bantuan tunai langsung (BLT), keselamatan tenaga kerja dan lain-lain akan menambah daya beli masyarakat dalam melakukan konsumsi karena  pendapatan masyarakat yang  semakin meningkat. Peningkatan pendapatan masyarakat tersebut juga akan meningkatkan pendapatan nasional yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Kurva di atas menunjukkan kurva AS berpotongan dengan kurva AD dan menciptakan inflasi sebesar 2,3%. Kurva AS1 berpotongan dengan kurva AD dan menciptakan inflasi sebesar 2,0%. Sehingga kurva diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan dari segi penawaran( supply side policy) dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan menekan inflas.

Thursday, October 25, 2012

mechanisme interest rest


Kelompok 4 TEORI EKONOMI 1
-      Dewi Lestari              21211959
-      Fanny Octania Zuari  22211687
-      Mailany                     24211255

Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Pengertian Kebijakan Moneter (Monetary Policy)
Kebijakan Moneter secara umum adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi estabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan dimana bank sentral adalah lembaga yang berwenang mengambil langkah kebijakan moneter untuk mempengaruhi jumlah uang beredar.
Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter (biasanya bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat (Nopirin, 1992:45).
Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran ekonomi makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan, dan keseimbangan neraca pembayaran (Iswardono, 1997 : 126).


Penjelasan :
Pada Mekanisme Transmisi Tingkat Suku Bunga yang pertama, dapat dilihat bahwa Interest Rates ( tingkat suku bunga) sangat mempengaruhi keputusan seseorang atau perusahaan untuk melakukan pinjaman.
-      Individuals (Perseorangan) : Interest Rates (tingkat suku bunga) merupakan hal yang mendasari terjadi atau tidaknya peminjaman bagi individual. Pinjaman tersebut dapat berupa credit (kredit) atau loans (pinjaman jangka panjang) yang kemudian digunakan oleh individu tersebut untuk melakukan kegiatan konsumsi.
-      Firms (Perusahaan) : Interest Rates (tingkat suku bunga) merupakan hal yang juga mendasari terjadi atau tidaknya peminjaman bagi perusahaan. Pinjaman tersebut dapat berupa aplikasi kredit baru untuk melakukan kegiatan investasi, atau dapat berupa penambahan nilai pinjaman jangka panjang (Existing Loans) yang digunakan perusahaan untuk menutupi biaya produksi agar perusahaan dapat kembali beroperasi dan mendapatkan keuntungan yang maksimal. Dengan demikian perusahaan dapat memberikan dan membayar upah/gaji bagi karyawan yang akan digunakan oleh karyawan tersebut untuk melakukan kegiatan konsumsi.

Penjelasan :
Pada Mekanisme Transmisi Tingkat Suku Bunga yang kedua, dapat dilihat bahwa Interest Rates (tingkat suku bunga) juga mempengaruhi terjadi atau tidaknya hutang hipotik dan juga saving.
-      Mortgage (Hutang Hipotik) : Hutang hipotik dapat berupa perpanjangan atau penambahan atas hutang hipotik yang telah terjadi di masa lampau atau dapat juga berupa aplikasi baru.
·         Perpanjangan atau penambahan hutang hipotik dapat menambah pendapatan disposibel dan harta kekayaan yang digunakan untuk melakukan kegiatan konsumsi.
·         Hutang hipotik aplikasi baru biasanya digunakan untuk melakukan permintaan atas rumah baru sebagai investasi.
-      Saving : Tingkat suku bunga juga mempengaruhi masyarakat untuk menabung. Jika suku bunga di Bank lebih tinggi daripada suku bunga di pasar modal, maka masyarakat akan cenderung menabung di Bank, jika yang terjadi adalah hal yang sebaliknya, maka masyarakat akan cenderung menginvestasikan uangnya di pasar modal. Pada akhirnya, uang yang ditabung tersebut akan digunakan juga untuk kegiatan konsumsi di masa depan.

Penjelasan :
Pada Mekanisme Transmisi Tingkat Suku Bunga yang ketiga, dapat dilihat bahwa Interest Rates (tingkat suku bunga) dapat mempengaruhi turun naiknya Exchange Rates (tingkat nilai tukar uang).
-      Appreciation : Apresiasi atau peningkatan nilai tukar uang yang dipengaruhi oleh Interest Rates dapat menyebabkan terjadinya 2 hal, yaitu :
·         Mpâ Dmá : Penurunan tingkat harga impor yang menyebabkan peningkatan jumlah permintaan terhadap barang impor.
·         Xpá Dxâ : Peningkatan tingkat harga export yang menyebabkan penurunan terhadap permintaan barang export.
-      Depreciation : Depresiasi atau penurunan nilai tukar uang yang dipengaruhi oleh Interest Rates  dapat menyebabkan terjadinya 2 hal, yaitu :
·         Mpá Dmâ : Peningkatan tingkat harga import yang menyebabkan penurunan jumlah permintaan terhadap barang import.
·         Xpâ Dxá : Penurunan tingkat harga export yang menyebabkan peningkatan terhadap permintaan barang export.
Apresiasi dan Depresiasi tersebut, pada akhirnya akan mempengaruhi Balance of Payments (Neraca Pembayaran).

Wednesday, October 24, 2012

ELASTICITY PRICE


TEORI EKONOMI 1
ANALISIS JURNAL



Nama Kelompok6 : 
  • Fanny Octania Zuari  (22211687)
  • Mailany                     (24211255)
  • Dewi Lestari              (21211959) 
Kelas : SMAK-05
TEORI EKONOMI 1
PRICE ELASTICITY

Tema :
“ Elastisitas Harga”

Pengarang :
Philip M. Parker dan Ramya Neelamegham

Judul :
Dinamika Elastisitas Harga Selama Siklus Hidup Produk

Latar Belakang :
Penulis ingin menganalisa total penjualan harga Elastisitas yang sering menurun dan kemudian pada akhirnya meningkat selama siklus hidup produk (untuk kategori berumur panjang).   

Metodologi :
Penelitian ini menggunakan metode penggunaan dua set data yang berbeda yaitu metodologi dan argumen teoritis. Data  Metodologi dan Argumen Teoritis merupakan Data  Sekunder yaitu data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan data tersebut.

Variabel :
Dalam menganalisis  “Dinamika Elastisitas Harga Pada Siklus Hidup Produk”, variabel yang diambil berupa total penjualan harga Elastisitas selama siklus hidup produk.

Masalah :
      Apa yang dimaksud dengan Dinamika Elastisitas Harga  ?
      Bagaimana cara melihat Dinamika Elastisitas Harga ?

Pembahasan:
Dinamika Elastisitas Harga dapat diartikan sebagai terjadinya suatu kondisi naik turunnya elastisitas harga. Dinamika Elastisitas Harga dapat dilihat daritotal penjualan Elastisitas Harga menurun dan kemudian pada akhirnya meningkat selama siklus hidup produk (untuk kategori berumur panjang).Dalam penelitian,  Parker (1992) hanya mempertimbangkan pembelian pertama, sedangkan Simon (1988) mempertimbangkan daya jual merk (sebagai faktor untuk menarik minat konsumen). Berdasarkan pengalaman yang empiris menunjukkan bahwa keseluruhan kategori harga penjualan bersifat elastis. Pembelian pertama dalam nilai absolut, akhirnya nilai tersebut akan meningkat lagi jika produk tersebut menghadapi penurunan fase dari siklus hidup produk (karena barang subtitusi atau perubahan selera, dll). Model dasar dapat dengan mudah dimodifikasi untuk menghitung keseluruhan penjualan (pembelian pertama ditambah pengulangan pembelian) konteks perkakas rumah tangga. Jika tidak berubah, model dasar ini bisa digunakan dalam waktu 5-10 tahun dalam pemakaian tahan lama.
Berdasarkan pembelian pertama yang mendorong konsumen untuk melakukan pembelian kembali, menunjukkan bahwa hasil penelitian Simon tentang pentingnya daya jual merk, menjadi bukti empiris dari dinamika elastisitas barang tersebut. Contoh daftar barang sebagai berikut :
  • Frezeers (-22,8)
  • Kompor (-3,2)
  • Kulkas (-2,3)
  • Setrika uap (-2,2)
  • Blender (-2,2)
Hasil & Kesimpulan :
Dari kelima barang tersebut  yang memiliki elastisitas tertinggi adalah Frezeer. Karena Frezeer tidak mempunyai barang subtitusi, sehingga memaksa konsumen menggunakan Frezeers untuk membekukan bahan makanan.Rata-rata tingkat elastisitas perabot rumah tangga -2,7.Elastisitas freezer sangat signifikan karena produk ini tidak memiliki subtitusi.Pada umumnya suatu produk sering mengalami tingkat elastisitas tertinggi pada fase awal siklus hidup produk setelah itu tidak menutup kemungkinan suatu produk tersebut juga akan mengalami elastisitas terendah bahkan inelastis pada saat pembelian kembali meningkat.Jadi setiap produk pasti mengalami dinamika naik –turun terhadap elastisitas harga selama siklus hidup produk yang kadang meningkat dan juga kadang menurun.